Minggu, 21 Agustus 2011

Pilih Bungkam Atau Mati



Abdul Aziz SR, staf pengajar Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia menyatakan soal sikap Nazaruddin:yang tiba-tiba bungkam, kemungkinan ada 3 (tiga) skenario yang sedang dimainkan Nazaruddin:
Pertama, dia memang ingin menutup rapat-rapat bau busuk yang ada di tubuh Partai Demokrat, sebagaimana dia tuduhkan sebelumnya. Tujuannya jelas menyelamatkan Partai Demokrat berikut para elite di dalamnya, dan Nazaruddin sendiri tidak terlalu dibenci oleh teman-t emannya di partai yang sedang berkuasa itu. Dalam konteks ini, Nazaruddin ingin menjadi semacam lilin (yang rela hancur) bagi Partai Demokrat dan teman-temannya di partai itu.
Kedua, Nazaruddin memang sedang berada di bawah tekanan dan dipaksa memilih bungkam atau mati. Ini berarti ada kekuatan siluman yang bekerja untuk kelompok-kelompok terentu yang memiliki kepentingan besar di situ. Jika sampai Nazaruddin buka mulut, seperti dilakukannnya ketika buron, akan sangat banyak pihak menjadi korban baik di P artai Demokrat dan DPR maupun di beberapa kementerian.
Ketiga, Nazaruddin dan pengacaranya sedang membangun taktik hukum tertentu menghadapi KPK, sehingga lembaga adhoc itu kehilangan akal mengembangkan kasusnya yang konon merambah ke sejumah kementerian. Dengan taktik itu, KPK bisa saja kemudian bertekuk lutut dan terpaksa mempersempit kasus Nazarudin sebatas Wisma Atlit SEA Games.
Ketiga skenario itu sama-sama merupakan mimpi buruk bagi upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Kasus-kasus besar lainnya akan ikut terkunci, tegasnya.
Oleh karena itu, ada baiknya semua pihak terutama dari kalangan civil society, khususnya pers, kaum intelektual, dan organisasi-organisasi nonpemerintah agar menggalang kekuatan memberikan dukungan kepada KPK agar tak ragu sedikit pun mengungkap kasus Nazaruddin dari hulu sampai hilir secara tuntas dan tanpa kompromi.Demikian menurut Abdul Aziz SR seperti yang di laporkan Kompas.com (22/8/2011).

0 komentar:

Posting Komentar